Oli
sangat penting untuk mengurangi gesekan antar part sehingga memperpanjang usia
mesin. Oli berguna untuk memberi pelumas atau lubrikasi, serta mendinginkan dan
membantu menjaga mesin tetap bersih. Terdapat banyak macam jenis oli atau
minyak pelumas yang dijual di pasaran. Kami akan membantu Anda memahami cara
memilih oli yang tepat untuk mesin Anda.
Hal
yang perlu Anda ketahui saat memilih oli adalah:
- Label oli
- Jenis oli
- Viskosistas
- Zat aditif
I.
Label Oli
Pada
label oli biasanya terdapat symbol API(American Petroleum Institute) yang
menandakan bahwa oli tersebut sudah dites dan telah memenuhi ketentuan
standarnya sehingga dapat didistribusikan ke publik.
API
memberikan service rating seperti SN, SM, SL, SJ, CH-4, CI-4, CJ-4, dll, dimana
huruf pertama menentukan jenis mesin dan huruf kedua menentukan tahun pembuatan
mesin yang menggunakan jenis oli tersebut. Pada huruf pertama, S menandakan oli tersebut untuk jenis ‘Spark
Ignition’ atau mesin bensin, dan C
untuk jenis ‘Compression Ignition’ atau mesin diesel. Jenis oli mesin diesel
mengandung lebih banyak detergen dan dispersan untuk membersihkan kotoran sisa
pembakaran yang cenderung lebih banyak dibandingkan mesin bensin. Pada huruf ke dua, semakin tinggi hurufnya,
semakin baru teknologi tersebut. Jadi SN
lebih baru dari SM, SM lebih baru dari SL dan seterusnya. Pada dasarnya, oli
dengan teknologi baru dapat digunakan untuk mesin tipe lebih lama, akan tetapi,
mesin yang sudah tua memerlukan perlakuan khusus. Contohnya, mesin dari tahun
1987, tetapi oli yang ada hanya SL dan SH. Engine pada mesin lama belum tentu
cocok dengan oli baru, maka sebaiknya oli yang digunakan adalah oli tipe SH.
Pada
label juga terdapat nilai viskositas dalam bentuk skala SAE (Society of
Automotice Engineers). Selain API, adapula label lain seperti ACEA(European
Automobile Manufacturers’ Association), ILSAC(International Lubricants Standardization and Approval
Committee), JASO
(Japanese Automotive Standards Organization) yang merupakan standar ketentuan
yang perlu dilewati agar oli tersebut dapat didistribusikan ke publik
II.
Jenis Oli
Pada
dasarnya, terdapat 2 jenis oli, yaitu Oli mineral dan Oli sintetis. Oli mineral
atau base oil adalah minyak bumi yang telah diolah. Oli mineral biasanya
meninggalkan kotoran atau deposit karena oli mineral tidak ditambahkan dengan
zat aditif. Zat aditif seperi viscosity modifier, detergen dan dispersan
ditambahkan pada oli modern agar mesin tetap dingin, bersih dan bebas karat.
Oli
sitentis terbuat dari proses kimia yang menggunakan bahan dasar selain minyak
bumi. Basis yang paling stabil adalah menggunakan polyolester karena sangat
stabil dan tidak mudah untuk bercampur dengan senyawa lain untuk membuat zat
asam. Zat asam ini dapat mengurangi perfoma lubrikasi oli serta memicu karat
dalam mesin. Oli sintetis terbagi menjadi Group I, II, III, IV, dan V base
stock. Group III, IV dan V adalah oli yang biasa disebut oli sistensis. Grup
III dihasilkan dengan cara hydrocracking yaitu dengan diberikan tekanan dan
temperatur tinggi agar menghasilkan base oil yang lebih murni. Group IV dikenal
dengan sebutan PAO(polyalphaolefins) dan merupakan 100% sintesis sehingga
harganya cukup mahal. Oli group IV ini mempunyai rentang temperature yang
sangat luas dan sangat bagus untuk penggunaan pada temperature dengan suhu
ekstrim, baik tinggi maupun rendah.
III.
Viskositas
Viskositas
adalah resistansi sebuah cairan untuk bergerak. Viskositas oli penting karena
berkaitan dengan ketebalan lapisan oli serta resistansi gerak oli. Oli akan
mengencer jika panas dan akan mengental pada suhu dingin. Jadi dibutuhkan zat
additive yang tepat untuk membuat oli mempertahankan viskositasnya pada suhu
tertentu. Semakin kental oli maka semakin tebal lapisan untuk mengurangi
gesekan dan membersihkan permukaan komponen. Akan tetapi, jika oli terlalu
kental, maka dibutuhkan tenaga lebih untuk mengalirkan oli ke komponen yang
dibutuhkan. Untuk itu, sangat penting untuk memilih viskositas oli yang sesuai
dengan kebutuhan mesin dan temperatur lingkungan.
Terdapat
dua jenis pelumas; viskositas tunggal yang biasanya ada pada oli mineral dan
multi-viskositas yang dihasilkan oleh zat aditif pada oli sintetis. Jika mesin
yang sudah lama menggunakan viskositas tunggal tiba-tiba diganti menggunakan
oli yang mempunyai multi-viskositas, detergen dalam oli tersebut akan mengikis
kotoran dalam mesin dan mengalirkannya kebagian yang lain sehingga merusak
performa mesin.
Pengukuran
viksositas oli dapat dilihat dalam skala SAE (Society of Automotice Engineers).
Biasanya multi-viskositas atau multi grade oil terbentuk dalam bentuk xxW-yy.
Nilai xx menandakan kemampuan oli untuk mengalir pada suhu 0°F (-18°C), sementara W adalah singkatan untuk
winter atau musim salju. Nilai ini menunjukan kemampuan oli untuk mempertahakan
kekentalannya pada suhu dingin. Misal, pada suhu dingin, oli 15W-30 akan lebih
kental dibanding oli 10W-30. Nilai yy menandakan kemampuan oli untuk mengalir pada suhu 100°C. Semakin tinggi nilai tersebut, berarti oli
lebih dapat mempertahankan kekentalannya pada temperatur yang tinggi.
Contohnya, oli 15W-30 akan menjadi lebih encer dibanding oli 15W-40 pada
temperatur yang tinggi.
Oli
viskositas tunggal atau monograde seperti SAE 0W, 5W, 25W dan 20, 30, 60, dll
tidak mengandung zat aditif berupa viscosity modifier yang dapat mengubah
viskosistasnya. Tipe yang terdapat W adalah untuk Winter dimana viskositas
dites pada suhu 0°F, sementara
untuk tipe yang tidak terdapat W, viskositas diukur pada tempatur 100°C, semakin tinggi viskositas berarti semakin
tinggi nilai SAE. Oli monograde tanpa W akan membeku pada cuaca yang dingin
sementara oli dengan W akan menjadi terlalu encer pada temperatur yang panas. Oli
monograde ini
biasanya digunakan untuk mesin-mesin yang kecil seperti mesin potong rumput,
generator portable dan gergaji tangan. Jenis ini jarang digunakan pada
kendaraan modern yang umumnya sudah menggunakan komponen yang kecil sehingga
membutuhkan zat aditif tambahan.
Jika
mesin Anda sudah menggunakan monograde oil bertahun-tahun, multi-grade oil
tidak cukup kental untuk membuat lapisan yang tebal pada komponen engine sudah
mengecil karena sudah lama digunakan. Jika mesin sudah mulai tua dan membakar
oli lebih cepat, ganti dengan oli dengan viskositas lebih tinggi. Contohnya,
jika menggunakan oli SAE 30, ganti dengan oli SAE 40, setidaknya pada saat
musim kemarau dimana suhu lebih tinggi karena oli akan lebih cepat mengecer
pada suhu tinggi.
IV.
Zat Aditif
Temperature
engine yang tinggi digabung dengan uap air, bahan bakar yang tidak terbakar(termasuk
bensin), karat, dan vernis dapat mempengaruhi performa oli. Zat aditif membantu
oli memberikan lubrikasi yang baik, mengurangi endapan dan kerusakan yang
terjadi akibat formasi deposit. Berikut adalah beberapa contoh zat additive
yang ditambah pada oli:
- Viscosity Index Improver (VII) atau viscosity modifier: mengurangi kecenderungan oli untuk menipis(viskositas menurun) pada temperatur yang tinggi
- Detergen: fungsi utamanya adalah untuk menjaga kebersihan permukaan dengan mencegah terbentuknya deposit pada temperature yang intggi serta karat dan korosi. Dapat juga mengkikis beberapa endapan padat yang terdapat dalam mesin.
- Dispersan: berguna untuk mengacak partikel dalam cairan agar tidak menggumpal atau menjadi asam. Kotoran yang mengendap dapat menjadi bagian panas(hotspot) dalam engine yang dapat mengurangi usia mesin. Beberapa zat additive berfungsi sebagai detergen dan dispersan.
- Anti-wear agents: melindungi permukaan metal ketika lapisan lubrikasi rusak. Campuran yang paling sering digunakan adalah campuran zinc dan fosfor yaitu ZDPP (zinc diakyl dithiophosphate)
- Friction Modifiers: mengurangi gesekan antar komponen engine agar dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar. Campuran yang sering digunakan adalah grafit dan molybdenum.
- Antioksidan: Temperatur engine kerap ditingkatkan agar mendapatkan control emisi yang lebih baik, sehingga antioksidant dibutuhkan untuk mencegah oksidasi yang dapat menyebabkan oli menjadi lebih kental.
- Foam inhibitor: Crankshaft pada engine menggerakan oli sehingga menghasilkan foam(buih). Buih oil bukanlah lubrikasi yang fektif pmaak dibutuhkan inhibitor untuk membuat gelembung buih pecah.
- Rust/Corrosion inhibitor: melindungi bagian-bagian bersi dari asam dan kadar auir.
Menambahkan
zat aditif tidak berarti membuat oli tersebut menjadi lebih baik. Bahkan
sebaliknya, oli tersebut bisa menjadi lebih buruk. Contohnya, campuran sulfur
dapat berfungsi sebagai anti-wear dan antioksidan, tetapi akan mengurangi
effisiensi bahan bakar serta menggangu catalytic converter atau pengubahan
campuran gas buang yang beracun menjadi tidak beracun. Terlalu banyak detergen
akan mempengaruhi keseimbangan antiwear. Terlalu banyak dispersan akan
mempengaruhi performa katalis serta mengurangi effisiensi mesin. Anti-wear dan
friction reducing inhibitor juga dapat mengandung bahan seperti sulfur yang
dapat mempengaruhi performa katalis.
Indonesia
adalah negara dengan iklim tropis yang cenderung panas, sebaiknya, oli yang
digunakan adalah tipe SAE 15W-30, jangan menggunakan oli untuk iklim
dingin.
Untuk
memilih oli yang tepat untuk mesin Anda, hal yang pertama yang perlu dilihat
adalah informasi pada buku manual. Semua mesin didesain agar mesin tersebut
dapat bekerja secara optimal. Bergantung dengan usia mesin, besar komponen dan
material yang digunakan. Setiap pabrik oli mempunyai resepnya masing-masing
yang dapat mempengaruhi korosi pada engine mesin Anda, jika oli yang digunakan
tidak cocok, deposit dapat menjadi lebih banyak dan seal dapat mengeras.
Jangan
langsung menganti oli dengan tipe yang lain karena dapat menggangu kinerja
mesin. Sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan pakar sebelum langsung
mengganti oli dengan tipe lain.
Semoga tips ini berguna untuk Anda.
Sumber:
popularmechanics.com
Komentar