Analisa kemungkinan kerusakan dan dampaknya dapat dilakukan
oleh manager, supervisor maupun seluruh tim operasional untuk menentukan
resiko-resiko yang dapat menghambat pekerjaan sehari-hari. FMEA atau Failure
Modes and Effects Analysis digunakan untuk menganalisa resiko kerusakan
berdasarkan tingkat keparahan dan kemungkinan terjadi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi potensi kerusakan dan mengurangi potensi tersebut dari sistem
tanpa memakan banyak waktu, tenaga maupun uang.
FMEA memprioritaskan kerusakan berdasarkan Severity(tingkat
keparahan), Occurrence(frekuensi), dan Detectability (tingkat mendeteksi).
Severity atau tingkat keparahan adalah untuk menilai seberapa parah
konsekuensinya jika kerusakan terjadi. Frekuensi adalah untuk menilai seberapa
sering kerusakan dapat tersejadi. Detectability adalah untuk menilai seberapa
sulit kerusakan tersebut dapat dideteksi.
FMEA bertujuan untuk mencegah kerusakan atau setidaknya
mengurangi tingkat keparahan dan kemungkinan terjadinya dengan cara membuat
rencana kerja dan tindakan yang perlu dilakukan. DMEA dapat dilakukan dari
tahap perancangan sebuah produk, tahap testing, hingga tahap operasional mesin.
Proses kerja FMEA:
Langkah 1:
Identifikasi potensi kerusakan dan dampaknya
Langkah 2:
Tentukan tingkat keparahan dampak kerusakan
Langkah 3:
Tentukan potensi penyebab dan kemungkinan
kerusakan terjadi
Langkah 4: Tentukan cara mendeteksi kerusakan dan kemungkinan deteksi
Langkah 5:
Hasilkan RPN (Risk Priority Number) dan bentuk tindakan perbaikan
Langkah 6:
Tentukan Penanggung Jawab
Langkah 7:
Buat laporan hasil perbaikan
Langkah 1: Identifikasi potensi kerusakan dan dampaknya
Langkah pertama adalah untuk menganalisa fungsi
bagian-bagian dan mesin dan efeknya untuk dapat menentukan titik kerusakan.
Contohnya adalah: kesetrum, patah, karat, short circuit.
Titik kerusakan pada satu bagian dapat memicu bagian yang
lain. Buat daftar kerusakan setiap bagian dan dampak kerusakannya ke bagian
lain.
Contoh dampak kerusakan: overheat, suara kasar, tiba-tiba
mesin mati, membahayakan pengguna.
Langkah 2: Tentukan tingkat keparahan
dampak kerusakan
Tingkat
keparahan biasanya didenotasikan dengan huruf S untuk severity. Nilai 1-10
diberikan kepada setiap kerusakan dimana 1 adalah untuk tingkat keparahan
paling rendah, sementara 10 adalah untuk kerusakan yang sangat parah.
Nilai Artinya
1 : Tidak ada efek, tidak berbahaya
2 : Sangat minor, hanya bisa
dideteksi oleh orang yang sangat terbiasa
3 : Minor, hanya bagian minor yang
terpengaruh, bisa dideteksi oleh user biasa
4-6 : Sedang, hampir semua user merasa
terganggu
7-8 : Tinggi, kehilangan fungsi utama,
user tidak puas
9-10 : Sangat tinggi, berbahaya. Mesin tidak
berfungsi, customer marah. Dapat menyababkan cidera atau kematian
Langkah 3: Tentukan potensi penyebab dan kemungkinan kerusakan terjadi
Periksa
penyebab masing-masing kerusakan dan seberapa sering kerusakan tersebut akan
terjadi. Ambil contoh dari kerusakan yang pernah terjadi dan juga dari mesin serupa.
Contoh
penyebab: tegangan terlalu tinggi, suhu ruangan terlalu panas, terlalu lembab.
Kemungkinan
terjadi didenotasikan dengan huruf O untuk occurence. Nilai 1-10 diberikan kepada setiap penyebab
dimana 1 adalah untuk kemungkinan paling rendah, sementara 10 adalah untuk
kemungkinan paling parah.
Nilai Artinya
1 : Tidak ada kerusakan serupa yang
pernah terjadi
2-3 : Rendah, jarang terjadi
4-6 : Sedang, kadang terjadi
7-8 : Tinggi, sering terjadi
9-10 : Sangat tinggi, kerusakan hampir dapat
dipastikan akan terjadi
Langkah 4: Tentukan cara
mendeteksi kerusakan dan kemungkinan deteksi
Tingkat
mendeteksi didenotasikan dengan huruf D untuk Detection. Nilai 1-10 diberikan kepada setiap kerusakan
dimana 1 berarti kerusakan pasti dapat dideteksi, sementara 10 berarti
kerusakan tidak dapat terdeteksi.
Nilai Artinya
1 : Kerusakan pasti terdeteksi
2-3 : Kemungkinan besar kerusakan akan
terdeteksi
4-6 : Ada kemungkinan kerusakan akan
terdeteksi
7-8 : Kecil kemungkinan kerusakan akan
terdekteksi
9-10 : Tidak ada kemungkinan kerusakan akan
terdektesi
Langkah 5: Hasilkan RPN (Risk Priority
Number) dan bentuk tindakan perbaikan
Setelah melalukan penilaian terhadap masing-masing kerusakan
dan penyebabnya, hitung nilai RPN atau nilai prioritas resikonya. Nilai RPN
harus dihitung untuk semua proses FMEA. Nilai RPN dapat dihitung dengan rumus
berikut:
RPN: S x O x D
Kerusakan dengan nilai RPN tertinggi harus mendapatkan
prioritas untuk membuat tindakan perbaikannya. Tindakan perbaikan ini bisa jadi
inspeksi yang baru, prosedur baru, perubahan desain, komponen, tambahan
pengaman dan lain-lain.
Tujuan tindakan perbaikan adalah untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi titik kerusakan, mengurangi tingkat keparahan, mengurangi
frekuensi kerusakan dan membuat kerusakan jadi lebih mudah terdeteksi.
Langkah 6: Tentukan Penanggung Jawab
Setelah
diketahui permasalahan mesin, berikan tanggung jawab kepada orang-orang terkait
untuk membuat tindakan perbaikan. Berikan waktu deadline agar pelaksaan
perbaikan dapat dipantau.
Langkah 7: Buat laporan hasil perbaikan
Setelah tindakan perbaikan dilakukan, RPN dihitung kembali
dan dicantumkan pada FMEA tersebut.
Berikut adalah contoh hasil FMEA.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Komentar